Jakarta – Oleh organisasi kesehatan dunia WHO, cacar monyet atau monkeypox ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia. Berkaca dari COVID-19 yang juga lebih dulu ditetapkan sebagai PHEIC, mungkinkah cacar monyet juga akan menjadi pandemi?
Berbeda dengan COVID-19 yang memang merupakan penyakit baru, muncul pertama kali di 2019, cacar monyet sudah ada jauh sebelumnya. Pertama kali diidentifikasi pada monyet di laboratorium pada 1958, kasus pertama cacar monyet pada manusia ditemukan di Republik Demokratik Congo pada 1970.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang masih berkerabat dengan smallpox atau cacar. Vaksin cacar yang pernah diberikan dalam upaya mengeradikasi cacar pada 1970-an diyakini memberikan kekebalan pada kelompok yang pernah menerimanya. Dibandingkan COVID-19 yang muncul ketika belum ada vaksinnya sama sekali, maka risiko cacar monyet untuk menjadi pandemi dinilai lebih kecil.
“Umumnya, pandemi itu adalah penyakit yang memang terjadi karena hampir semua manusia di dunia belum memiliki kekebalan,” kata Dicky Budiman, epidemiolog dari Grffith University Australia.
Sebuah penyakit yang dinyatakan sebagai PHEIC memang tidak serta-merta berhubungan dengan risiko berkembang menjadi pandemi. Namun yang pasti, penetapan status PHEIC untuk cacar monyet memang ditujukan untuk meningkatkan kewaspadaan ekstra.
“Secara data saat ini tampaknya masih cukup jauh (untuk menjadi pandemi). Dengan dasar sebagian besar penduduk dunia sudah memiliki kekebalan dari vaksinasi smallpox khususnya penduduk dunia kelahiran di bawah 1970-an,” jelas Dicky.
Apa itu cacar monyet?
Cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan virus dan umumnya menyebar di antara binatang seperti tikus di Afrika tengah dan barat, tetapi terkadang meloncat juga ke manusia dan menyebabkan wabah. Pertama kali diidentifikasi pada monyet di laboratorium pada 1958 dan kasus pertama cacar monyet ditemukan pada 1970.
Bagaimana penularan cacar monyet?
WHO menyebut cacar monyet dapat ditularkan melalui paparan droplet pernapasan yang terhirup, melalui kontak kulit dengan kulit pada luka atau lesi, maupun kontak dengan material yang terkontaminasi virus. Beberapa kalangan menyebutnya airborne atau menyebar di udara, namun yang pasti WHO sejauh ini tidak menggunakan istilah tersebut.
Saat ini, cacar monyet tidak dikelompokkan sebagai infeksi menular seksual. Namun dalam banyak kasus, menular melalui kontak kulit ke kulit saat berhubungan seks.
Apa saja gejala cacar monyet?
Ada beberapa gejala cacar monyet yang dilaporkan, di antaranya:
Demam
sakit kepala
nyeri otot
nyeri punggung
letih
Ruam juga dapat menyertai, terutama pada wajah dan beberapa bagian tubuh lain seperti area genital.
Apakah cacar monyet mematikan?
Cacar monyet umumnya ringan, sebagian besar kasus pulih dalam beberapa pekan tanpa perawatan. Di Afrika, risiko kematian mencapai 1 dari 10, namun diyakini karena strain yang berbeda yakni strain Congo. Sementara strain Afrika Barat memiliki risiko kematian 1 dari 100 kasus.
Baca artikel detikHealth, “Cacar Monyet Sudah Darurat Global, Bakal Jadi Pandemi Seperti COVID-19?” selengkapnya https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6196842/cacar-monyet-sudah-darurat-global-bakal-jadi-pandemi-seperti-covid-19.